Terlepas dari sebuah ketetapan hati bahwa menjadi
Skinhead adalah ‘kontrak seumur hidup’, namun pada kenyataannya akan tiba waktu
dimana setiap Skinhead meninggalkan Jeans dan Levi’s Stapress, kemeja Ben
Sherman, Bretel (suspender) dan Dr Marten Boots-nya. Itulah kenyataan hidup
yang harus kau hadapi, kau tak bisa lagi bergaya seperti seorang berandalan
jalanan saat umurmu mendekati 30 tahun bahkan lebih. Karena kehidupanmu harus
terus berlanjut ketingkatan yang lebih tinggi, bekerja, menikah dan mempunyai
anak-anak yang harus kau hidupi. Apalagi jika penampilan tersebut mulai mengganggu
kehidupan sosialmu, “terima kasih pada Media yang telah dengan suksesnya membunuh
karakter budaya Skinhead”.
Diawal dekade 70-an jangan harap kau dapat pekerjaan
jika orang-orang tahu kalau kau adalah seorang Skinhead, kau akan segera ditolak
jika datang melamar pekerjaan dengan memakai “seragam” Skinhead-mu, kalaupun
jika kau mendapatkan pekerjaan itu, maka mereka menyuruhmu untuk menumbuhkan
rambutmu.
Skinhead
benar-benar sesosok mahluk yang ditolak keberadaannya saat itu, dan Media adalah
dalang di balik semua ini. Mereka dengan sukses membentuk anggapan bahwa
Skinhead tak lebih dari sekedar Gangster botak yang kejam, tak berperasaan dan
tak berotak!. Seorang Skinhead tanpa alasan yang tepat bisa saja di tangkap
polisi bahkan ketika dia sedang duduk-duduk di taman, sedang minum bir di pub,
atau saat membeli tiket pertandingan sepakbola. Hidup benar-benar berat bagi
mereka saat itu, mereka adalah kaum terbuang dari masyarakat yang munafik.
Sering kali dalam hidup
ini kita harus berurusan dengan hal-hal yang kita benci, tapi kita harus
melakukannya jika ingin bertahan hidup. Hal itulah yang terjadi dengan para
Skinhead di awal tahun1970-an, di satu sisi mereka cinta dengan budaya yang
‘mengontrak’ mereka seumur hidup, namun di sisi lain hidup mereka pun harus
terus berlanjut, mereka tak bisa selamanya hidup di bawah ketiak Ayah dan
Ibunya, prioritas hidup mereka kini telah berubah. Akibat dari keadaan tersebut
adalah: memasuki tahun 1970 banyak Skinhead yang menumbuhkan rambutnya menjadi
sedikit lebih panjang agar tidak di kenali orang-orang awam sebagai seorang
Skinhead, Hooligans, Bovver Boys atau sebutan apapun yang berkonotasi negatif.
Setelan jas yang tadinya hanya dipakai pada kesempatan
tertentu kini di pakai hampir setiap hari. Pakaian menjadi sedikit lebih kalem,
bahkan sepintas seperti Mods. Levi’s Sta-press, kaus Fred Perry, kemeja Ben Sherman , jaket Harrington, bahkan Crombie kini semakin populer di pakai, di kemudian hari
bahkan muncul sebuah sebutan baru yang menjadi sub-budaya Skinhead bernama "Crombie Boys". Sepatu loafers terkadang di pakai sebagai ganti Boots yang
berkonotasi negatif (saat itu jika kau memakai boots maka kau diidentikkan
dengan orang-orang yang melakukan kekerasan di teras sepakbola). Lalu muncullah
sebutan baru bagi mereka, sosok Skinhead yang lebih kalem: ‘Suedehead’, sebuah
nama yang mengacu pada rambut mereka yang lebih panjang dari pada Skinhead pada
umumnya (tak terlalu panjang, hanya sampai bisa di sisir rapih, biasanya di
sisir belah pinggir). Para Skinhead Girl yang lebih di kenal sebagai Chelsea pun ikutan
memanjangkan rambutnya, mereka meninggalkan potongan feather cut dan menata
rambutnya menjadi lebih feminim lagi.
Apakah sebuah budaya baru telah lahir…?? Tidak juga…!!
Karena sejak awal perkembangan budaya Skinhead sudah ada sekelompok Skinhead
yang berpenampilan seperti Suedehead. Lagi pula ada hal yang lebih penting
daripada pakaian yang dapat dengan mudah di beli, hal itu adalah pola pikir dan
nilai-nilai dasar budaya Skinhead yang tak pernah di tinggalkan oleh para
Suedehead ini. Tidak seperti ketika Mods berevolusi menjadi Skinhead di akhir
60-an dulu yang disebabkan oleh masalah kelas dan ekonomi sehingga
mengakibatkan perubahan pola pikir, perubahan dari Skinhead menjadi Suedehead
sama sekali tak melibatkan masalah ekonomi dan kelas. Perubahan itu lebih disebabkan oleh tekanan dari media dan masyarakat, bahkan lebih kepada masalah
fesyen saja. Buktinya tingkah laku berandalan mereka tidaklah hilang sama
sekali, mereka tetaplah keras, pemberani dan doyan berkelahi. Kebiasaan
membawa-bawa senjata tajam ke teras sepakbola pun tetap mereka pelihara,
bahkan kini mereka membawa payung yang di tajamkan ujungnya sebagai senjata (jadi
bukan sebagai pelindung di kala hujan), yah….Sekali petarung jalanan, salamanya
petarung jalanan, bukti bahwa hal itu adalah kontrak seumur hidup.
Memasuki tahun 1971 bahkan
para Suedehead mulai memanjangkan rambutnya menjadi lebih panjang dari sebelumnya.
Potongan rambut ini hampir seperti potongan rambut orang kebanyakan, biasanya
pendek dibagian atas dan sedikit panjang di bagian samping dan belakangnya
(mirip potongan feather cut tapi tak se-ekstrim itu). Lalu sebutan baru pun
muncul bagi mereka: 'Smoothy', yang mengacu pada model rambut baru mereka.
Pakaian yang dikenakan pun kini berubah, para Smoothy berdandan lebih kasual
ketimbang Suedehead ataupun Skinhead. Mereka biasanya memakai kaus tak berkerah
dan kemeja, namun Ben Sherman
bukanlah lagi pilihan yang populer, celana bahan biasa, jumpers, dan yang
paling penting tentu saja Crombie. Boots kini hampir-hampir ditinggalkan sama
sekali, sebagai gantinya adalah sepatu kasual yang biasa dipakai pekerja
kantoran, namun pada beberapa kesempatan Boots tetap di pakai. Para wanita Smoothy pun mempunyai sebutan tersendiri,
yaitu: Sorts. Skinhead memang sebuah budaya yang lebih berorientasi laki-laki,
namun dalam perkembangannya para Skinhead Girl pun mengembangkan cara
berpakaiannya sendiri yang cukup unik. Para Sort ini berambut lebih panjang
dari pada Skinhead ataupun Suedehead Girl, mereka memakai kemeja Brutus, rok
pendek yang lebar di bagian bawahnya, dan sepatu Ravel (sejenis sepatu Beebop
yang biasa dipakai perawat).
Suedehead |
Bagi kebanyakan orang para Smoothy berpenampilan
‘normal’ layaknya mereka, bahkan mata rantai hubungan mereka dengan budaya
Skinhead hampir-hampir hilang sama sekali, hal itulah yang membuat mereka tak
terlalu populer dan menghilang seiring dengan masuknya budaya Punk ke Inggris.
Para Smoothy sebenarnya
mempunyai ‘saudara kembar tak identik’, yaitu para Bootboys. Bootboys termasuk
budaya yang mampu bertahan dan memasuki era 70-an dengan selamat. Kekerasan di
teras sepak bola mencapai level tertingginya selama musim kompetisi 1970-1971 dan
terus berlanjut di musim kompetisi 1971-1972, inilah yang menandai kembalinya
budaya Bootboys setelah sempat hilang ditelan histeria budaya Skinhead tahun
1969 lalu. Dalam hal penampilan luar, Bootboys ini memang mirip para Smoothy
terutama dalam hal penampilannya yang kasual. Hal yang membedakannya dengan
Smoothy adalah para Bootboys ini mewakili penampilan teras sepakbola yang
keras dan gahar, sementara Smoothy penampilannya lebih ‘resmi’ dan mewakili
kehidupan klub-klub malam di Inggris. Terlebih lagi Smoothy dan Suedehead
adalah budaya yang lebih banyak berkembang di selatan Inggris, sedangkan
Bootboys adalah budaya yang berkembang di utara Inggris di mana sepakbola
lebih populer daripada musik Reggae dan Soul.
Musik dan fesyen memang menjadi nomor dua dalam hidup
seorang Bootboys, nomor satu tentunya adalah sepakbola dan kehidupan Gank.
Kalaulah ada barang yang wajib dipakai oleh seorang Bootboy, maka sepasang Dr
Marten Boot lah itu, sedangkan celana dan baju tidak menjadi masalah. Reggae
dan Soul tetap populer di sebagian mereka sedangkan sebagian lagi memilih
mendengarkan musik apapun yang saat itu populer termasuk Glam Rock yang
merupakan pengembangan dari Progresif Rock-nya para Hippies.
Kebanyakan
Bootboys ini pada kenyataannya ‘pernah menjadi’ Skinhead, walaupun tak melewati
fase perkembangan Suedehead dan Smoothy. Memasuki tahun 1972-1974 terlepas dari
Boots dan kebiasaan berkelahi di teras sepakbola, budaya Bootboys ini
mempunyai sedikit sekali hubungan dengan Skinhead, kelak kedua budaya ini rujuk
kembali bersamaan dengan munculnya Punk generasi baru yang lebih di kenal
dengan sebutan Oi! / Streetpunk. Namun
semua perkembangan budaya yang sudah dijelaskan diatas tadi tidaklah sama disemua kota di daratan Inggris, contohnya di beberapa tempat sudah mengalami
fase Smoothy pada pertengahan 1970, sementara di tempat lainnya tak melewati
fase Skinhead sampai 1975. Umumnya bahkan terjadi percampuran fesyen dari
masing-masing fase, artinya Skinhead, Suedehead, Smoothy dan Bootboys bahkan
Mods pada saat yang sama.
Jika ada Skinhead yang
sangat terkenal popularitasnya di era 70-an (bahkan hingga hari ini), maka Joe
Hawkins-lah orangnya. Joe adalah seorang Skinhead seutuhnya, ia berdandan
rapih, keras, menyukai Reggae (kemudian Oi! dan Streetpunk), dan gemar
mematahkan tulang rusuk para Hippies dengan sepatu bootsnya. Sayangnya Joe
tidaklah nyata, ia adalah tokoh khayalan dari seorang pengarang novel bernama
Richard Allen. Novel berjudul "Skinhead" tersebut diterbitkan pada tahun 1970,
dan langsung mendapatkan perhatian Nasional bahkan termasuk dalam daftar 10
buku terlaris saat itu karena isinya yang eksplisit menggambarkan kehidupan Joe
yang brutal dan penuh kekerasan, sebuah kenyataan yang sebenarnya dialami para
Skinhead. Kesuksesan novel Skinhead ini segera di susul oleh novel-novel
berikutnya dimana Joe tetap menjadi tokoh utamanya, yaitu: "Suedehead", "Smoothies", "Bootboys", "Terrace Warrior", "Punk Rock", "Mod Rule", "Skinhead Girl", "Skinhead Escape", "Troubble For Skinhead", "Sorts", "Top Gear Skins", "Skinhead Farewell", "Glam", "Terrace Teror", "Knuckle Girls", dan "Dragon Skins".
Tahun 1970 terbit sebuah film berjudul "Clockwork Orange" yang disutradarai oleh Stanley Kubricks. Film ini menceritakan seorang pemuda
bernama Alex, seorang pemimpin gank yang terobsesi berbuat kekerasan, memukuli
orang tanpa alasan yang jelas dan memperkosa bahkan membunuh. Di film itu Alex
dan gank-nya berdandan ala seorang petarung jalanan: Riasan berupa bulu mata
palsu di mata sebelah kanan (atau kadang-kadang memakai topeng badut) baju dan
celana putih, payung yang di tajamkan ujungnya, dan dilengkapi dengan pelindung
yang dipakai petinju untuk melindungi organ vitalnya, dan yang paling penting
tentu saja sebuah topi Bowler.
Yang
membuat Alex mirip dengan Skinhead adalah sepatu Bootsnya, ditambah dengan
tindakan Alex dan gank nya yang khas para Skinhead, benar-benar sebuah
penampilan dan tingkah laku Horor…!!! Terlepas dari itu, film ini sangatlah
kontroversial dan dilarang peredarannya, kenyataannya Clockwork Orange
menginspirasi sekelompok kecil Skinhead. Mereka mulai berdandan ala Alex dan
gank nya, melakukan kekerasan ekstrim, dan sebuah sub-budaya baru dari budaya
Skinhead pun lahir: 'Clockwork Skinhead'. Film ini kelak juga menginspirasi
lagu-lagu beberapa band Oi! dan Streetpunk seperti The 4 Skins, The Violators,
The Last Resorts, Angelic Upstart, Major Accident dan yang paling legendaris
The Addicts.
Era ini juga adalah untuk
pertama kalinya muncul ‘Band Skinhead’ bernama Slade. Masih diperdebatkan
sampai saat ini apakah para anggota Slade adalah benar-benar Skinhead atau
bukan, namun kenyataannya saat itu mereka berdandan layaknya seorang Skinhead.
Sayangnya memasuki tahun 1971 Slade berubah menjadi band Glam Rock dengan
rambut gondrongnya, tapi tak dapat dipungkiri kalau band ini adalah band yang
sangat berpengaruh pada Cock Sparrer, band favorit Skinhead sepanjang masa.
Mereka kembali dihubungkan dengan Skinhead saat mereka main di Great British
Music Festivals 1978 saat terjadi perkelahian antara Mods dan Skinhead ketika
The Jam naik ke panggung dan berakhir dengan insiden penikaman seorang Mods
oleh seorang Skinhead. Memasuki pertengahan tahun 1975, Skinhead benar-benar
hampir hilang dari daratan Inggris, seiring dengan menjauhnya Reggae dan Soul
dari kehidupan anak-anak kelas pekerja Inggris. Kini tinggallah para Bootboys
yang mengadopsi musik para Hippies seperti Glam Rock ala Slade dan Mott The
Hoople sebagai budayanya. Pada tahun yang sama Judge Dread merilis lagu "Bring
Back The Skins" dalam albumnya yang paling legendaris Last of The Skinhead.
Lirik di lagu itu yang seakan bernostalgia pada masa-masa keemasan Skinhead di
tahun 1969 dulu. Itu tak lama lagi akan menjadi kenyataan. Anak-anak kelas
pekerja yang keras dan menguasai jalan-jalan di se-antero Inggris kembali lagi,
kali ini dengan penampilan baru, namun tetap dengan semangat yang sama,
semangat Jalanan. Ya…Skinhead kembali lagi, kali ini dengan sebuah pergerakan
musik baru bernama Streetpunk…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar