Puluhan tahun Skinheads telah menjanjikan sesuatu…a way of
life? Dan banyaklah diantaranya yang datang dan pergi. Lalu apa yang pasti
terjadi? Band-band dan band… Dengan fanzine-fanzine mereka, dengan
pemikiran-pemikiran yang malang
melintang. Ribuan anak-anak muda telah mengusungnya ke jalan-jalan, dengan
emblem-emblem slogan yang tertempel erat di jaket-jaket mereka, menceritakan
sejarah-sejarah yang pernah melintas dalam kehidupan mereka…69’s George Marshall datang dengan
pride and proudnya, tentang sesuatu yang selama ini mereka ingin dapatkan dalam
sekelebat kehidupan mereka. Lalu sekarang berakhir dengan cerita usang tentang
pride and proud mereka..
Crucified tentang apa? Aksi hari ini terhadap dirimu yang tak
pernah terselesaikan? Semua menjadi tua, kusut dan kosong seperti kehidupanmu.
Produk dan produk tumpang tindih mengisi sekujur tubuhmu yang telah terlalu
lemah untuk mengusung semuanya. Perlahan tapi pasti, kehilangan arah dan
pemikiran-pemikiran kesempurnaan seorang Skinheads yang sejak lama telah
tertanam dalam vena nadimu sejak kau mulai mengenalnya. Lagi dan lagi kekosongan
kembali mengisi segalanya, resistensi yang datang dan pergi dengan beribu
alasan… Kematian otak yang cepat dan terimunisasi jutaan gelombang kemajuan
jaman dan pengetahuan yang kian menjemukan… Tersita pemikiran untuk mendapatkan
hari esok yang lebih baik, masa depan yang lebih mulia dan terperosok dalam
jurang-jurang mematikan komsumtif tanpa keseimbangan aksi dalam kehidupanmu..kematian
dalam scene…!
Dalam beberapa dekade ini Skinheads di Indonesia telah mengalami
banyak perkembangan pesat. Maraknya penggunaan internet dan media-media lain
semakin mempermudah Skinhead-Skinhead di Indonesia dalam memperoleh
informasi terkini dari seluruh penjuru dunia. Tidak bisa dipungkiri lagi,
pengadopsian sub-kultur Skinheads atau yang telah menjadi counter-culture pada
saat ini telah banyak bergeser menjadi sesuatu yang baru, sebuah kultur yang
bernama Skinheads Indonesia dengan banyak percampuran antara sub-kultur dan
budaya Indonesia .
Bahkan pada masa- masa awal Skinheads di Indonesia, Skinheads-Skinheads pejaten
Jakarta pernah
mengikrarkan SHARP . atau bahkan pada tahun 2000-an, dimana Skinheads- Skinheads Bandung pernah memboomingkan RASH di sana .
Maka sampai saat ini hanya musik, fashion dan gaya hidup “ala”
Skinheads Indonesia yang berkembang pesat disini, regenerasi telah sukses
dilakukan, Skinheads ada dimana-mana diseluruh penjuru Indonesia.Tentu saja ini
merupakan suatu hal yang membanggakan bagi kita semua, dengan semua jerih payah
kita dalam mempertahankan ke-existensian kita di scene ini. Tetapi sudahkah
pola pemikiran kita ikut berkembang seiring dengan banyaknya progress yang
telah kita raih saat ini? Lewat lyric dan lagu mereka bercerita tentang ketidak
adilan, hidup yang semakin sulit dan attitude yang boleh dikatakan tangguh… Tetapi
benarkah dalam keseharian dan pola hidup mereka tidak ada suatu kemunafikan
besar disitu???
Di Indonesia, banyak pendapat yang mengatakan bahwa Skinheads
adalah suatu bentuk "aman" dari banyaknya pola sub- kultur ataupun
counter kultur yang banyak digemari oleh para remaja di Indonesia saat ini. Lewat
dandanan mereka yang cenderung "aman" dan pasti akan disukai oleh
orang tua mereka dirumah. Akibatnya banyak terjadi krisis identitas disini.
Disini kita akan mencoba melihat pemahaman diri kita sendiri
sebagai seorang Skinheads melalui proses-proses yang terjadi ketika kita
menjalani apa yang telah kita dapatkan dan pahami dari Skinheads itu sendiri. Saat
ini budaya instant telah banyak membuat "regenerasi" kita atau bahkan
orang-orang lama dalam komunitas Skinheads sendiri hanya menjadi seorang pecundang
dalam kulturnya sendiri. Terjebak dalam pemahaman "Pride&Proud"
yang salah dan gencarnya pola hidup konsumtif berlebihan menjadi proses dari
awal mulanya "Perang kelas" didalam kultur Skinheads itu sendiri di Indonesia .
Kenyataan
itu sendiri makin diperburuk dengan adanya suatu kepahaman yang menyatakan
bahwa Skinheads itu tidak berpolitik. Sungguh suatu era yang amat kelam
mengingat bahwa Skinheads adalah seseorang yang Clean, Smart and Tough.
Seorang Skinheads pada dasarnya adalah seseorang yang sangat
politikal sekali, politikal disini dijabarkan sebagai taktik atau cara hidup
seorang Skinheads dalam dunia nyata. Ya, politik hidup, bukan politik
kepentingan ataupun kebencian. Roddy Moreno
pernah dengan jelas mengatakan " Skinheads is a Working Class
Protest" yang dapat digambarkan bahwa skinheads itu adalah seseorang yang
pintar dalam menjalani dan mensiasati kehidupan mereka yang tidak pernah
berpihak kepada mereka yang hidup dalam tatanan masyarakat kelas pekerja.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Skinheads adalah budaya kelas
bawah atau kelas pekerja yang hanya akan dapat dipahami dan dijalani dengan
benar olah orang-orang yang memang berasal dari kelas tersebut. Bahkan seorang
"Gary Bushell" sendiri mengakui bahwa dia yang berasal dari kelas
menengah/atas! tidak pernah merasa mendapatkan suatu attitude yang sempurna
dari mereka (Skinheads-Skinheads) yang memang jelas-jelas berasal dari kelas menengah
ke atas, (walaupun di Indonesia
sendiri khususnya jakarta
kita tidak bisa terlepas daripada peranan-peranan penting mereka yang berasal
dari ekonomi yang mapan. Masuknya media-media yang saat itu hanya bisa dibeli
oleh mereka yang mempunyai kondisi keuangan lebih, cd-cd dan banyak lagi
mode-mode fashion).
Lalu bisakah mereka yang berasal dari kelas-kelas menengah
atas tersebut menjalani Skinheads dengan sebaik-baiknya? BISA!!! Dengan bentuk
solidaritas dan keyakinan yang sama mereka pun bisa memiliki hal-hal yang
disebutkan diatas, the right attitude, smart and tough! tidak seperti mereka
yang berasal dari kelas bawah/kelas pekerja (membuat mereka dapat dengan mudahnya
mencerna apa Skinheads itu sendiri) persamaan nasib, standar tingkat
pendidikan, masalah-masalah perekonomian yang sama hingga kedekatan mereka
dengan kehidupan jalanan telah membuat para Skinheads-Skinheads kelas pekerja
menjadi suatu Gang yang kuat.
Di Indonesia sendiri tanpa disadari perbedaan kelas-kelas
tersebut telah semakin lama meruncing akibat dari kurangnya "proses"
pemahaman itu sendiri. disini kita selalu melihat apa yang dinamakan
"PROSES" , dan bukanlah "HASIL" !!! Memang sangat mudah
untuk menjadi seorang Skinheads disini, memakai boots & braces, Crop hair, Levis jeans dan lain-lain akan menjadikan seseorang
ter-image kan
sebagai seorang Skinheads. Tetapi attitude-attitude seorang Skinheads sejati
yang berasal dari hati dan kepala tidak pernah akan pernah dapatkan bila mereka
sendiri berasal dari kelas menengah dan memiliki kondisi sosial lingkungan yang
dari kelas mereka sendiri. Skinheads adalah suatu hal yang amat sangat serius,
menjadi seorang Skinheads tidaklah mudah (tentunya yang dimaksud adalah the
right attitude ). Ini terlihat dari banyaknya orang-orang yang telah silih
berganti datang dan pergi dalam komunitas Skinheads itu sendiri di Indonesia ,
‘gang-gang yang bertahan biasanya adalah gang-gang dengan pemahaman kuat yang
memang telah menjalani proses menjadi seorang Skinheads itu sendiri dan
kebanyakan memang mereka yang hanya berasal dari golongan kelas-kelas pekerja.
kerasnya pola hidup dan lingkungan mereka telah membangun
"Warriors Code" mereka dengan kuat dan juga menjadikan mereka sebagai
seseorang yang provokatif dan seorang ahli politik "jalanan".
Pride and Proud yang mereka kenali ialah perasaan pride and
proud dengan menjadi seorang Skinheads dengan pemikiran-pemikiran seorang Skinheads
dan tingkah laku / A Way of Life Skinheads itu sendiri dan menyebabkan mereka
amat sangat protektif didalam komunitas mereka dan loyalitas yang tinggi
terhadap komunitas dan sesama Skinhead lainnya.. Bukan sekedar perasaan pride
and proud seorang Skinhead yang telah mengenakan "Ben-Sherman, Doc. Mart
atau hal-hal fashion lainnya yang hanya akan menimbulkan rasa iri, acuan-acuan
persaingan dan meruncingkan kesenjangan sosial satu sama lain. Sangat ditekankan
bahwa tidak ada larangan untuk tetap mengikuti fashion-fashion tersebut, hanya
saja bila di iringi dengan attitude yang bagus dan selama tidak berlebihan juga
tetap menjunjung tinggi "Warriors Code" seorang Skinhead itu
sendiri. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa kultur ini masuk ke Indonesia
melalui Fashion dan Musik terlebih dahulu. Tetapi, tidaklah benar jika kita
harus selalu menjadi seorang yang “tersalib” dalam hal konsumtif. Beberapa
contoh dapat kita tela’ah terlebih dahulu, kenapa ada “MODS”, “HARDMODS”, dan
pada akhirnya terlahir kultur SKINHEADS??? Tidaklah lebih daripada terciptanya
perang kelas di ere-era 67-69. Kaum- kaum atas bertahan dengan Mods dan
attitude konsumtif mereka, sedangkan mereka yang berasal dari kelas-kelas bawah
bertransformasi menjadi Hardmods dan untuk kemudian menjadi Skinhead di
era-era berikutnya (uraian lebih lanjut mengenai transformasi tersebut,
terdapat dalam “skinheads a way of life”).
Jadi pada akhirnya, sedikit uraian disini bisa dikatakan bahwa
proses yang dimaksud ialah proses dimana ketika seorang Skinhead telah
menjalani apa yang telah mereka yakini dan mereka pahami. Bukan hanya sekedar
teoritis dan wacana saja. Sampai kapan kita akan terus berbicara teoritis dan
historikal saja mengenai apa itu Skinhead, karena yang jelas Skinhead itu
untuk dijalani dan bukan diperdebatkan baik dari kita maupun ke jenjang
akademis lainnya. Bisa dikatakan bahwa inilah saatnya untuk mengembalikan Skinhead-Skinhead ke jalanan dimana mereka berasal…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar