Anak-anak
muda yang menamakan diri mereka Mods muncul di Inggris untuk pertama kalinya di
akhir tahun 50-an. Nama budaya mereka yang merupakan singkatan dari “Modernisme”
di ambil dari penolakan mereka atas Tradisional Jazz yang melanda Inggris
beberapa saat sebelum era The Beatles. Mods pada awalnya adalah fans berat
musik Modern Jazz seperti Dave Bruebeck, hal itu tidaklah berlangsung lama
sampai akhirnya mereka jatuh cinta pada Black Music dari Amerika seperti
Northern Soul, RnB, dan tentunya musik Ska Jamaika. Budaya ini juga di kenal
sebagai pihak yang membidani lahirnya “Garage band” yang paling berpengaruh di
abad 20, yaitu The Who dan The Small Faces. Seperti halnya budaya anak muda
lainnya Mods pun mempunyai cara berpakaian tersendiri, malahan hal itu adalah
hal yang terpenting bagi mereka.
Layaknya
para Rude Boy di Jamaika, para Mods ini berpakaian sangat rapi dan necis,
setelan jas buatan Italia, sepasang sepatu brogues, parka (semacam mantel untuk
berkendaraan) dan yang terpenting dari semuanya, Scooter (biasanya bermerek
Lambretta atau Vespa). Mereka biasanya nongkrong di kafe-kafe atau coffee shop seputaran London , tentunya sambil
mendengarkan Soul, RnB, dan Ska. Satu hal yang paling penting di ingat di sini
bahwa Mods sangat-sangat mengejar fesyen terutama merk-merk tertentu seperti
kemeja Jaytex, hal itu karena ide dasar dari Mods adalah bagaimana caranya
untuk terlihat lebih cool dan bergaya ketimbang orang-orang normal, bergaya
seperti seorang pekerja mapan walaupun kenyataanya mereka masih sekolah.
Pada
awalnya anak-anak muda yang mengadopsi Mods sebagai identitas diri sangatlah
sedikit, tapi memasuki tahun 1962 budaya ini semakin banyak pengikutnya,
walaupun belum sampai pada taraf trend atau mewabah. Tapi di balik penampilan
mereka yang cenderung terlihat seperti kelas menengah, sebenarnya Mods adalah
murni budaya kelas pekerja. Hal yang membuat para Mods berpenampilan seperti
itu adalah karena budaya mereka sebenarnya merupakan sebuah kontra budaya
terhadap Teddy Boys/ Greasers/ Rockers yang muncul beberapa dekade sebelumnya.
Semua hal dari pakaian, musik yang didengarkan, kendaraan sampai cara berpikir
Mods adalah kebalikan 180 derajat dari para Rockers. Mods tampak necis dengan
setelan jas buatan Italianya, sedangkan Rockers tampil gahar dengan celana
kulit dan jaket kulitnya, Mods mendengarkan Soul, RnB dan Ska, sedangkan
Rockers mendengarkan Rock N’ Roll, Mods berkeliaran di jalan-jalan dengan
scooter Lambretta dan Vespanya, sedangkan Rockers dengan motor Harley Davidsonnya, dan
masih segudang hal bertentangan lainnya.
Pertentangan
ini membuat mereka membenci satu sama lain, tak jarang hal itu mengakibatkan
perkelahian di antara mereka. Yang paling legendaris adalah perkelahian di Bank
Holiday (semacam liburan musim panas) di tepi pantai Brighton
tahun 1964. Hal
itulah yang membentuk opini publik yang buruk terhadap mereka, layaknya Rude Boy di Jamaika, Mods di anggap sebagai berandalan, kaum yang di tolak
keberadaanya oleh masyarakat.
Sejak
pasca PD II telah terjadi imigrasi penduduk Jamaika ke Inggris, hal ini terjadi
gelombang demi gelombang dan mencapai puncaknya antara tahun 1964 – 1966. Para imigran kulit hitam ini tinggal di daerah-daerah
tempat kelas pekerja Inggris tinggal, di sinilah terjadi interaksi budaya
antara Mods dan anak-anak muda imigran Jamaika. Fenomena Rude Boy yang terjadi di
Jamaika ternyata dengan cepat menyebar di antara anak-anak muda imigran Jamaika
kelahiran Inggris, ditambah datangnya beberapa orang Rude Boy “asli” Kingston di lingkungan
mereka. Dengan cepat mereka mengadopsi cara berpakaian Rude Boy di Kingston dan mendengarkan
musik yang saat itu sedang hits di Jamaika seperti Prince Buster dan Alton
Ellis.
Gaya Rude Boy ini segera saja mewabah pula di
kalangan Mods, ketertarikan mereka terhadap musik Jamaika yang sudah ada sejak
awal perkembangan budaya ini pun menjadi semakin besar, bahkan Pork Pie Hat ala
Prince Buster pun menjadi asesoris wajib. Ska tiba-tiba saja menjadi musik
utama para Mods, kepopuleran Prince Buster di kalangan Mods tiba-tiba saja
mengalahkan artis-artis Motown seperti Martha Reeves and The Vandelas ataupun
Marvin Gaye. Dan yang terpenting kini mereka punya sekutu baru dalam melawan
Rockers, para anak muda imigran kulit hitam asal Jamaika, ya…. Para “UK
based Rude boy”.
Di tahun
1967 budaya Mods semakin mewabah di Inggris, sampai-sampai lagu Prince Buster
berjudul “Al Capone” mencapai nomor 18 di tangga lagu nasional Inggris, padahal
hanya para Mods lah yang mendengarkannya. Mewabahnya Mods membuat budaya ini
mulai kehilangan esensi dan pemikiran dasarnya. Mods yang pada awalnya adalah
murni budaya kelas pekerja kini mulai tercemar dengan masuknya anak-anak kelas
menengah bahkan kelas atas yang sebenarnya hanya tertarik dengan fesyen Mods tanpa
tahu dasar pemikiran budaya ini. Tiba-tiba saja Mods hanyalah tentang pakaian
bagus dan mahal, bahkan seorang Mods yang tidak berpakaian seperti itu pasti
akan ditertawakan dan tak akan diterima oleh Mods lainnya. Hal ini tentu saja
tak masalah bagi mereka anak-anak kelas menengah yang orang tuanya kaya raya,
tapi masalah besar bagi anak-anak kelas pekerja. Bayangkan….. uang saku mereka
hanyalah 10 pound perminggu, sedangkan harga pakaian yang “ di anggap” sebagai
pakaian Mods yang benar saat itu adalah 15 pound….!!!
Pada
akhirnya apapun di dunia ini adalah tentang kelas, hal itu pulalah yang terjadi
pada Mods. Pembagian pun segera terjadi, Mods kelas menengah di satu sisi, dan
Mods kelas pekerja di sisi lainnya. Para Mods kelas pekerja ini menolak cara
berpakaian mewah ala para Mods kelas menengah, terlebih lagi di antara
anak-anak kelas menengah itu mulai berjangkit pola pikir “generasi Bunga /Hippies”. Mods kelas pekerja ini tiba-tiba saja menjadi kontra budaya terhadap Mods
kelas menengah. Cara berpakaian mereka berubah menjadi lebih “Hard”. Setelan
jas buatan Italia di gantikan dengan kemeja Ben Sherman, kaos polo Fred Perry,
jaket Denim / jaket Bomber (penerbang) dan celana jeans Levi’s 501, dan yang
cukup ekstrim : rambut klimis mereka di cukur semakin pendek (hampir botak) dan
sepatu kulit yang mewah dan mengkilat di gantikan dengan Boots yang biasa di
pakai pekerja industri logam atau pekerja tambang.
Cara
berpikir dan tingkah laku mereka pun semakin jauh berbeda dengan “Mods
tradisional”. Anak-anak kelas pekerja ini lebih agresif, lebih suka melakukan
kekerasan dan lebih provokatif terhadap musuhnya para Rockers, karenanya mereka
mendapatkan julukan baru : 'Hard Mods'.
Pada
akhir tahun 1968 para Mods Tradisional yang kebanyakan adalah anak kelas
menengah masuk ke kuliah-kuliah seni, sebuah hal yang mustahil di dapat para
Hard Mods. Hari-hari di kampus kuliah seni inilah yang membuat para Tradisional
Mods ini akrab dengan Pop Art, musik Rock Kontemporer ala The Cream, dan yang
paling esensial pola pikir Hippie yang semakin melekat di otak mereka dari hari
ke hari, ya…. Mods kelas menengah berevolusi menjadi Hippies, dan menyerahkan
jalan-jalan kosong di se-antero Inggris kepada sekelompok anak muda tangguh
yang kelak di namakan Skinhead.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar