Kamis, 08 Januari 2015

BAB I: Rude Boy Jamaika, Akar Budaya Skinhead

Sejarah dan akar budaya Skinhead sebenarnya di rintis jauh di luar Inggris, tepatnya di Jamaika, sebuah negara pulau di laut Karibia. Satu hal yang sangat penting dan perlu diketahui bahwa perkembangan budaya Skinhead tidak bisa dipisahkan dari perkembangan musik Ska, dan budaya orang-orang kulit hitam di Jamaika pada umumnya. 

Saat itu tgl 5 Agustus 1962, saat Inggris memberi kemerdekaan pada Jamaika setelah selama 300 tahun dijajah oleh negara Ratu Elizabeth II itu. Berbarengan dengan perayaan kemerdekaan Jamaika itu muncul sebuah jenis musik baru yang disebut Ska. Ska sendiri sebenarnya sudah dirintis perkembangannya semenjak di era 50-an dulu, karena itu ada baiknya kita flash back ke era itu.

Tahun 50-an adalah masa dimulainya era musik modern Jamaika, era itu dimulai dengan sebuah budaya yang sangat unik dan hanya ada di Jamaika sampai saat ini, yaitu era 'Sound System'. Di namakan era sound system karena satu-satu nya jalan bagi kalangan kelas bawah yang merupakan mayoritas di sana untuk mendengarkan musik saat itu adalah melalui sound system. Caranya adalah dengan memutar piringan hitam musik Jazz, Motown Soul dan RnB Amerika di seperangkat alat pemutar piringan hitam dan untuk pengeras suaranya dipakai seperangkat pengeras suara/ sound system. Biasanya hal itu di lakukan di pesta-pesta yang digelar dijalanan, jadi benar-benar musik jalanan untuk kaum bawah yang haus hiburan tapi tidak bisa datang ke klub-klub malam yang mahal dan mewah atau pergi liburan ke tempat-tempat wisata seperti Miami, pokoknya benar-benar lower class entertainment.

Tetapi bukan berarti permintaan akan Live musik tidak ada. Pada mulanya para musisi Jamaika hanya memainkan lagu-lagu Jazz dan RnB seperti Fat Domino, Louis Jordan dan Ray Charles, sampai akhirya mereka merasa perlu untuk membuat lagu sendiri dengan cara meniru gaya bermusik artis RnB di Amerika, terutama gaya bermusik Boogie Rock ala New Orleans. Namun, pada kenyataannya para musisi seperti Laurel Aitken dan Skatalites gagal meniru gaya yang seperti itu, yang terjadi adalah mereka malah menciptakan gaya musik baru yang merupakan penggabungan dari musik Jazz dan RnB Amerika dengan musik traditional Jamaika yaitu Calypso dan Mento, dan hasilnya adalah sebuah formulasi musik yang di kenal sebagai ska.

Era ska berlangsung dari tahun 1962 sampai tahun 1966. Saat ska berubah tempo-nya menjadi sedikit lebih lambat dan nge-Soul, tempo dan gaya ini di sebut Rocksteady, nah…. Rocksteady inilah yang kemudian berevolusi lagi menjadi musik yang saat ini di kenal dunia sebagai Reggae. Satu hal yang sangat penting dari era ska di Jamaika yang erat hubunganya dengan sejarah budaya Skinhead adalah kemunculan para Rude Boy.

Para Rude Boy ini adalah anak-anak muda yang terpikat dengan segala janji-janji muluk tentang kemakmuran setelah kemerdekaan Jamaika. Mereka ber-urbanisasi secara besar-besaran dari kota-kota seperti Negril dan Port Royal ke Kingston Town, Ibu Kota Jamaika dengan harapan bisa mendapatkan penghidupan yang lebih layak. Namun akibat dari skill dan pendidikan mereka yang rendah serta langkanya lapangan pekerjaan di Kingston membuat mereka menjadi pengangguran dan akhirnya terpaksa bertahan hidup dengan menjadi preman jalanan, sebagian besar bahkan terlibat dalam kejahatan terorganisasi.

Mereka terpaksa tinggal di daerah-daerah kumuh seperti Orange Street dan Trench Town yang sarat dengan permasalahan sosial seperti perdagangan ganja dan perkelahian antar gank. Kehidupan keras inilah yang membuat mereka menjadi kasar dan tangguh (rough & tough), serta terbiasa dengan kekerasan dan kejahatan, dari sinilah muncul istilah “Rude Boy” yang kira-kira artinya adalah “Preman Jalanan”. Rude Boy itu tangguh seperti seekor singa dan kuat seperti baja, begitulah kata Derrick Morgan dalam lagu Rougher than Rough….. (klik disini), mereka berkeliaran di jalan-jalan kota Kingston dengan pistol ataupun belati di balik setelan jasnya. Pandangan akan preman jalanan dan penjahat inilah yang menjadikan mereka sebagai kaum yang di tolak keberadaannya oleh masyarakat. Rude Boy inilah para fans musik Ska saat itu, hal ini mungkin dikarenakan Ska yang musisinya berasal dari ghetto (daerah kumuh) sama seperti mereka, sehingga Ska identik dengan pemberontakan dan diberi label musik kelas bawah.

Hal lain yang sangat menonjol dari para Rude Boy ini adalah gaya mereka yang cool, cara berpakaian mereka yang necis, rapi dan elegan. Setiap uang yang mereka hasilkan pastilah di habiskan untuk membeli setelan jas, sepasang sepatu kulit warna hitam yang di semir mengkilat, topi pork pie dan kaca mata hitam, benar-benar sebuah anti tesis terhadap latar belakang mereka yang berasal dari kelas bawah yang miskin.

Tahun 1966 berbarengan dengan berubahnya Ska menjadi Rocksteady dan keadaan ekonomi Jamaika yang semakin terpuruk, kekerasan dan kejahatan yang di lakukan para Rude Boy semakin menjadi-jadi, hal ini semakin diperparah dengan adanya campur tangan dari para politisi yang memakai mereka sebagai body guard untuk menjalankan kepentingan politiknya. Akibatnya pertarungan antar gank Rude Boy semakin sering terjadi, masing-masing mati-matian membela teritorial dan kepentingan politik tuannya, korbanpun berjatuhan, Kingston pun menjadi medan perang. Opini publik pun langsung menghakimi para Rude Boy dan meyerukan pelucutan senjata dan penangkapan para Rude Boy secara besar-besaran.

Akibatnya tak sedikit dari mereka yang dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan yang benar, dan yang lebih menyakitkan para politisi yang mereka bela sama sekali tidak membela mereka, bahkan malah memojokkan mereka. Politik dan segala tipu dayanya memang tidak ada untungnya bagi budaya apapun. Para musisi Ska yang mempunyai hubungan erat dengan para Rude Boy segera merespon hal ini, mereka menciptakan lagu-lagu yang membela para Rude Boy, namun sekaligus melakukan penyadaran terhadap mereka melalui lirik lagu mereka seperti "007 Shanty Town" ( Desmond Dekker), "Too Hot" (Prince Buster), "Rougher than Rough" (Derrick morgan), "Cry Though" (Alton ellis), serta yang paling legendaris "Rudy, a Message to You" (Dandy livingstone) yang kelak di populerkan kembali oleh The Specials.

Keadaan Jamaika yang semakin morat marit membuat sebagian penduduknya berimigrasi ke Inggris, tentunya dengan harapan akan penghidupan yang lebih layak. Para imigran inilah yang membawa budaya kulit hitam Jamaika terutama musik Ska/ Rocksteady/Reggae ke negeri berbendera Union Jack tersebut. Di antara mereka bahkan ada beberapa musisi kenamaan Jamaika seperti Laurel Aitken yang kelak di sebut-sebut sebagai The God Father of Ska dan Rico Rodrigues seorang pemain trombone yang pernah bergabung dengan band Ska pertama didunia The Skatalites, dan tentunya beberapa Rude Boy pun ikut dalam gelombang imigrasi ini, di sinilah mereka bertemu dengan budaya anak muda kulit putih Inggris yang menamakan dirinya Mods…., and the story continues…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar