Sejarah
dan akar budaya Skinhead sebenarnya di rintis jauh di luar Inggris, tepatnya di
Jamaika, sebuah negara pulau di laut Karibia. Satu hal yang sangat penting dan
perlu diketahui bahwa perkembangan budaya Skinhead tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan musik Ska, dan budaya orang-orang kulit hitam di Jamaika pada
umumnya.
Saat
itu tgl 5 Agustus 1962, saat Inggris memberi kemerdekaan pada Jamaika setelah
selama 300 tahun dijajah oleh negara Ratu Elizabeth II itu. Berbarengan dengan
perayaan kemerdekaan Jamaika itu muncul sebuah jenis musik baru yang disebut
Ska. Ska sendiri sebenarnya sudah dirintis perkembangannya semenjak di era
50-an dulu, karena itu ada baiknya kita flash back ke era itu.
Tahun
50-an adalah masa dimulainya era musik modern Jamaika, era itu dimulai dengan
sebuah budaya yang sangat unik dan hanya ada di Jamaika sampai saat ini, yaitu
era 'Sound System'. Di namakan era sound system karena satu-satu nya jalan bagi
kalangan kelas bawah yang merupakan mayoritas di sana untuk mendengarkan musik saat itu adalah
melalui sound system. Caranya adalah dengan memutar piringan hitam musik Jazz,
Motown Soul dan RnB Amerika di seperangkat alat pemutar piringan hitam dan
untuk pengeras suaranya dipakai seperangkat pengeras suara/ sound system.
Biasanya hal itu di lakukan di pesta-pesta yang digelar dijalanan, jadi
benar-benar musik jalanan untuk kaum bawah yang haus hiburan tapi tidak bisa
datang ke klub-klub malam yang mahal dan mewah atau pergi liburan ke
tempat-tempat wisata seperti Miami, pokoknya benar-benar lower class entertainment.
Tetapi
bukan berarti permintaan akan Live musik tidak ada. Pada mulanya para musisi
Jamaika hanya memainkan lagu-lagu Jazz dan RnB seperti Fat Domino, Louis Jordan
dan Ray Charles, sampai akhirya mereka merasa perlu untuk membuat lagu sendiri
dengan cara meniru gaya bermusik artis RnB di
Amerika, terutama gaya bermusik Boogie Rock ala New Orleans . Namun, pada
kenyataannya para musisi seperti Laurel Aitken dan Skatalites gagal meniru gaya
yang seperti itu, yang terjadi adalah mereka malah menciptakan gaya musik baru
yang merupakan penggabungan dari musik Jazz dan RnB Amerika dengan musik
traditional Jamaika yaitu Calypso dan Mento, dan hasilnya adalah sebuah
formulasi musik yang di kenal sebagai ska.
Era
ska berlangsung dari tahun 1962 sampai tahun 1966. Saat ska berubah tempo-nya
menjadi sedikit lebih lambat dan nge-Soul, tempo dan gaya ini di sebut
Rocksteady, nah…. Rocksteady inilah yang kemudian berevolusi lagi menjadi musik
yang saat ini di kenal dunia sebagai Reggae. Satu hal yang sangat penting dari
era ska di Jamaika yang erat hubunganya dengan sejarah budaya Skinhead adalah
kemunculan para Rude Boy.
Para
Rude Boy ini adalah anak-anak muda yang terpikat dengan segala janji-janji muluk
tentang kemakmuran setelah kemerdekaan Jamaika. Mereka ber-urbanisasi secara
besar-besaran dari kota-kota seperti Negril
dan Port
Royal ke Kingston Town, Ibu Kota Jamaika dengan harapan bisa mendapatkan
penghidupan yang lebih layak. Namun akibat dari skill dan pendidikan mereka yang
rendah serta langkanya lapangan pekerjaan di Kingston membuat mereka menjadi pengangguran
dan akhirnya terpaksa bertahan hidup dengan menjadi preman jalanan, sebagian
besar bahkan terlibat dalam kejahatan terorganisasi.
Mereka
terpaksa tinggal di daerah-daerah kumuh seperti Orange Street dan Trench Town
yang sarat dengan permasalahan sosial seperti perdagangan ganja dan perkelahian
antar gank. Kehidupan keras inilah yang membuat mereka menjadi kasar dan
tangguh (rough & tough), serta terbiasa dengan kekerasan dan kejahatan, dari
sinilah muncul istilah “Rude Boy” yang kira-kira artinya adalah “Preman
Jalanan”. Rude Boy itu tangguh seperti seekor singa dan kuat seperti baja,
begitulah kata Derrick Morgan dalam lagu Rougher than Rough….. (klik disini), mereka
berkeliaran di jalan-jalan kota Kingston dengan pistol
ataupun belati di balik setelan jasnya. Pandangan akan preman jalanan dan
penjahat inilah yang menjadikan mereka sebagai kaum yang di tolak keberadaannya
oleh masyarakat. Rude Boy inilah para fans musik Ska saat itu, hal ini mungkin
dikarenakan Ska yang musisinya berasal dari ghetto (daerah kumuh) sama seperti
mereka, sehingga Ska identik dengan pemberontakan dan diberi label musik kelas
bawah.
Hal
lain yang sangat menonjol dari para Rude Boy ini adalah gaya mereka yang cool, cara berpakaian mereka yang
necis, rapi dan elegan. Setiap uang yang mereka hasilkan pastilah di habiskan
untuk membeli setelan jas, sepasang sepatu kulit warna hitam yang di semir
mengkilat, topi pork pie dan kaca mata hitam, benar-benar sebuah anti tesis
terhadap latar belakang mereka yang berasal dari kelas bawah yang miskin.
Tahun
1966 berbarengan dengan berubahnya Ska menjadi Rocksteady dan keadaan ekonomi
Jamaika yang semakin terpuruk, kekerasan dan kejahatan yang di lakukan para
Rude Boy semakin menjadi-jadi, hal ini semakin diperparah dengan adanya campur
tangan dari para politisi yang memakai mereka sebagai body guard untuk
menjalankan kepentingan politiknya. Akibatnya pertarungan antar gank Rude Boy
semakin sering terjadi, masing-masing mati-matian membela teritorial dan
kepentingan politik tuannya, korbanpun berjatuhan, Kingston
pun menjadi medan
perang. Opini publik pun langsung menghakimi para Rude Boy dan meyerukan
pelucutan senjata dan penangkapan para Rude Boy secara besar-besaran.
Akibatnya
tak sedikit dari mereka yang dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan
yang benar, dan yang lebih menyakitkan para politisi yang mereka bela sama
sekali tidak membela mereka, bahkan malah memojokkan mereka. Politik dan segala
tipu dayanya memang tidak ada untungnya bagi budaya apapun. Para musisi Ska
yang mempunyai hubungan erat dengan para Rude Boy segera merespon hal ini,
mereka menciptakan lagu-lagu yang membela para Rude Boy, namun sekaligus
melakukan penyadaran terhadap mereka melalui lirik lagu mereka seperti "007 Shanty Town" ( Desmond Dekker), "Too Hot" (Prince Buster), "Rougher than Rough" (Derrick morgan), "Cry Though" (Alton ellis), serta yang paling legendaris "Rudy,
a Message to You" (Dandy livingstone) yang kelak di populerkan kembali oleh The
Specials.
Keadaan
Jamaika yang semakin morat marit membuat sebagian penduduknya berimigrasi ke
Inggris, tentunya dengan harapan akan penghidupan yang lebih layak. Para
imigran inilah yang membawa budaya kulit hitam Jamaika terutama musik Ska/
Rocksteady/Reggae ke negeri berbendera Union Jack tersebut. Di antara mereka
bahkan ada beberapa musisi kenamaan Jamaika seperti Laurel Aitken yang kelak di
sebut-sebut sebagai The God Father of Ska dan Rico Rodrigues seorang pemain
trombone yang pernah bergabung dengan band Ska pertama didunia The Skatalites,
dan tentunya beberapa Rude Boy pun ikut dalam gelombang imigrasi ini, di
sinilah mereka bertemu dengan budaya anak muda kulit putih Inggris yang
menamakan dirinya Mods…., and the story continues…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar